Latar Belakang
Proses pembelajaran diawali dengan merancang kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Untuk menjawab pertanyaan apakah siswa telah menguasai pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan dan apakah proses pembelajaran berlangsung secara efektif, maka diadakan asesmen pembelajaran. Mardapi (2017) mengemukakan bahwa asesmen atau penilaian merupakan kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran dengan menggunakan norma tertentu. Penilaian mencakup semua cara yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang pencapaian belajar individu. Data yang dimaksud bukan hanya dalam bentuk hasil tes saja, namun juga hasil pengamatan, laporan diri, dan lain sebagainya. Semua data tersebut kemudian dikumpulkan untuk memberikan informasi tentang kinerja individu yang bersangkutan.
Kegiatan pengukuran dapat melibatkan pengukuran atribut fisik maupun atribut psikologis. Atribut fisik memungkinkan pengukuran data interval dengan harga 0 mutlak, sementara dalam pengukuran atribut psikologis biasanya digunakan data ordinal. Atribut psikologi dapat dikategorikan menjadi kemampuan kognitif dan kemampuan non-kognitif.
Wilhelm M. Wundt merupakan peletak dasar-dasar ilmu psikologi eksperimental dengan pendirian laboratoriumnya dan menasbihkan psikologi sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Dari sini ilmu psikologi memperluas bidang penelitiannya untuk lebih mempelajari perilaku manusia yang lekat dengan kegiatan pengukuran atribut-atribut psikologis, baik yang bersifat kognitif maupun non kognitif. Atribut psikologi non-kognitif yang tidak memiliki eksistensi riil dan merupakan theoretical construct (rekaan teoritis) sering menjadi tantangan tersendiri dalam pengukuran, terutama di bidang pendidikan. Dua domain dalam ranah atribut psikologi non-kognitif tersebut akan dibahas lebih lanjut, yaitu afektif dan psikomotorik.
Ranah Afektif
Ranah afektif berhubungan dengan emosi seperti perasaan, nilai, apresiasi, motivasi dan sikap. Secara umum ranah afektif diartikan sebagai internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah yang terjadi bila individu menjadi sadar tentang nilai yang diterima dan kemudian mengambil sikap sehingga kemudian menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah lakunya.
Pengertian dan Kategori dalam Ranah Afektif
Penilaian afektif adalah menilai sikap dan perubahan yang terjadi pada tingkah laku peserta didik selama pembelajaran. Sikap berhubungan dengan tindakan seseorang dalam merespon objek yaitu materi pelajaran. Tindakan seseorang atau respon tersebut dapat dibentuk, sehingga nantinya akan terjadi perilaku yang diinginkan. Terutama setelah mengikuti pembelajaran, peserta didik diharapkan memiliki perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik sesuai dengan tujuan pembelajaran. Seseorang dengan tingkat kognitif yang tinggi diharapkan memiliki sikap lebih memperhatikan pembelajaran, disiplin, memiliki motivasi yang tinggi, menghargai guru dan teman-teman sekelasnya, dan memiliki hubungan sosial yang baik.
Berikut adalah taksonomi dalam ranah afektif menurut Krathwohl dari tingkatan dasar yaitu receiving (kemampuan untuk menerima), responding (kemampuan untuk menanggapi), valuing (kemampuan untuk memberikan penilaian), organizing (kemampuan untuk mengorganisasikan), characterizing by a value or value complex (kemampuan untuk mengkarakterisasi berdasarkan sebuah nilai atau seperangkat nilai).
Receiving (kemampuan untuk menerima) adalah kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya, seperti sikap mau mendengarkan orang lain dan mengingat nama orang yang baru dikenalnya. Dalam pembelajaran, kemampuan ini terefleksi dalam bentuk mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya. Tugas pendidik adalah mengarahkan perhatian peserta didik pada fenomena yang menjadi objek pembelajaran afektif. Indikatornya adalah peserta didik: bertanya, memilih, mendeskripsikan, mengikuti, memberikan, mengidentifikasikan, menyebutkan, menunjukkan, menyeleksi, mengulangi, dan menggunakan.
Responding (kemampuan untuk menanggapi) adalah kesediaan untuk memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya, meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan. Pada tingkat ini peserta didik tidak saja memperhatikan fenomena khusus tetapi ia juga bereaksi. Hasil pembelajaran pada ranah ini adalah menekankan pada pemerolehan respon, berkeinginan memberi respon, atau kepuasan dalam memberi respon. Berpartisipasi di kelas, bertanya tentang konsep, model dan sebagainya agar memperoleh pemahaman, dan menerapkannya adalah beberapa contoh kategori ini. Indikatornya adalah kemampuan peserta didik untuk menjawab, membantu, mendiskusikan, menghormati, berbuat, melakukan, membaca, memberikan, menghafal, melaporkan, memilih, menceritakan, menulis. Tingkat yang tinggi pada kategori ini adalah minat yang menekankan pada pencarian hasil dan kesenangan pada aktivitas khusus, misalnya minat dalam membaca buku-buku dengan topik tertentu.
Valuing (kemampuan untuk memberikan penilaian) berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Contohnya peka terhadap perbedaan individu dan budaya, menunjukkan kemampuan memecahkan masalah, dan mempunyai komitmen. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku. Indikatornya adalah bila peserta didik dapat melengkapi, menggambarkan, membedakan, menerangkan, mengikuti, membentuk, mengundang, menggabung, mengusulkan, membaca, melaporkan, memilih, bekerja, mengambil bagian, mempelajari. Dalam tujuan pembelajaran penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap.
Organizing (kemampuan untuk mengorganisasi) berkaitan dengan memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten. Mengakui adanya kebutuhan keseimbangan antara kebebasan dan tanggungjawab, menyelaraskan antara kebutuhan organisasi, keluarga dan diri sendiri adalah dua contoh dari kategori ini. Indikatornya adalah peserta didik mampu mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan, melengkapi, mempertahankan, menerangkan, merumuskan, menggeneralisasikan, mengidentifikasikan, mengintegrasikan, memodifikasikan, mengorganisir, menyiapkan, menghubungkan, dan mensintesiskan.
Characterizing by a value or value complex (kemampuan untuk mengkarakterisasi berdasarkan sebuah nilai atau seperangkat nilai) berhubungan dengan memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya. Contohnya menunjukkan kemandiriannya saat bekerja sendiri, kooperatif dalam kegiatan kelompok, objektif dalam memecahkan masalah, dan menghargai orang berdasarkan yang mereka katakan dan lakukan, bukan siapa mereka. Indikatornya adalah peserta didik mampu membedakan, menerapkan, mengusulkan, memperagakan, mempengaruhi, mendengarkan, memodifikasikan, mempertunjukkan, menanyakan, memecahkan permasalahan dengan menerapkan nilai-nilai yang dianutnya, dan bertindak konsisten.
Menurut (Sukardi (2008) dalam konteks evaluasi pembelajaran penggunaan kata kerja pada setiap tingkatan ranah afektif, juga dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat item-item tes sesuai dengan tingkatan pengetahuan siswa. Berikut di bawah adalah tabel kata kerja operasional dalam taksonomi afektif dikutip dari (Istiyono, 2020: 62-64).
Daftar Pustaka
Anjar. (2016, 24 Agustus). Ranah afektif: Pengertian dan aspek-aspek serta hubungannya dengan ranah kognitif dan psikomotorik. Wawasan Pendidikan. Diunduh dari https://www.wawasanpendidikan.com/2016/08/Ranah-Afektif-Pengertian-dan-Aspek-Aspek-serta-Hubungannya-dengan-Ranah-Kognitif-dan-Psikomotorik.html
Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. PT Bumi Aksara.
Gunawan, H. (2014). Pendidikan Islam: Kajian teoritis dan pemikiran tokoh. PT Remaja Rosdakarya.
Istiyono, E. (2020). Pengembangan instrumen penilaian dan analisis hasil belajar Fisika dengan teori tes klasik dan modern. UNY Press.
Mardapi, D. (2017). Pengukuran, penilaian, dan evaluasi pendidikan. Parama Publishing.
Mardapi, D. (2018). Teknik penyusunan instrumen tes dan non-tes. Parama Publishing
Nurkancana, W. (1986). Evaluasi pendidikan. Usaha Nasional.
Sudijono, A. (2013). Pengantar evaluasi pendidikan. PT Rajagrafindo Persada.
Sukanti. (2011). Penilaian afektif dalam pembelajaran akuntansi. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia vol. IX no. 1, 74-82.
Sukardi. (2008). Evaluasi pendidikan. Prinsip dan operasionalnya. Bumi aksara.
Syah, M. (2013). Psikologi belajar (ed. 13). Rajawali Pers.