Tidak seperti kategori dalam ranah kognitif di mana kategori yang satu menjadi syarat mutlak untuk menuju ke jenjang kategori yang lebih tinggi, dalam ranah afektif kategori yang diperlihatkan peserta didik tidak muncul sejelas dalam ranah kognitif dan dapat bersifat tumpang tindih. Menurut Arifin dalam Sukanti (2011), dalam penilaian afektif terdapat dua hal yang saling berhubungan, yaitu (1) kompetensi afektif yang ingin dicapai dalam pembelajaran meliputi pemberian respon, apresiasi, penilaian, dan internalisasi; dan (2) sikap minat peserta didik terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, terdapat lima karakteristik/aspek penting dalam ranah afektif, yaitu minat, sikap, nilai, apresiasi, dan penyesuaian.

Nurkancana (1986) menyampaikan bahwa minat adalah gejala psikis yang berkaitan dengan obyek atau aktifitas tertentu yang menimbulkan perasaan senang. Misalnya, jika seorang siswa menyukai pelajaran sejarah Islam, maka ia akan sangat memperhatikan pelajaran tersebut, membaca buku-buku referensi sejarah Islam, dan rajin bertanya mengenai topik yang berkaitan dengan mata pelajaran tersebut. Minat mendorong individu untuk melakukan usaha tertentu.

Sikap adalah kecenderungan untuk merespon sesuatu dengan cara tertentu. Dalam proses belajar dapat dilihat dari kemauan peserta didik untuk menerima materi pelajaran dari guru, memperhatikan penjelasan guru, dan menghargai guru. Sikap memberikan arah kepada individu untuk melakukan perbuatan yang positif atau negatif.

Nilai bersifat abstrak dan ideal, namun bukan hanya persoalan benar atau salah yang menuntut pembuktian empirik, dan lebih mengarah kepada penghayatan mengenai apa yang dikehendaki dan tidak dikehendaki, apa yang disenangi dan tidak disenangi. Dalam proses pembelajaran, misalnya peserta didik dapat menghayati suatu fenomena dan membedakan benar-salah, baik-buruk, dan mana yang lebih penting dalam hidup.

Apresiasi adalah sikap menghargai terhadap sesuatu yang nyata maupun berupa nilai yang abstrak. Apresiasi juga merupakan pertimbangan mengenai arti penting atau nilai sesuatu. Dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari perilaku peserta didik yang menghargai guru dan teman-temannya, menghargai waktu, dan mempelajari hal-hal yang penting dan lebih penting dalam kehidupan.

Penyesuaian merupakan aspek afektif yang mengendalikan perilaku peserta didik sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah terinternalisasi dalam dirinya. Peserta didik mampu membuat rencana dan mengatur respon sedemikian rupa sehingga mampu menanggapi konflik atau masalah dengan baik.

Tabel 1. Kata kerja operasional dalam ranah afektif

Level Kategori Potensi peserta didik Kata kerja operasional
1 Kemampuan untuk menerima Peserta didik mampu menunjukkan atensi dan penghargaan terhadap orang lain.

Contoh: mendengarkan pendapat orang lain, mengingat nama orang

 

Menanyakan, mengikuti, memberikan, menaha/mengendalikan diri, mengidentifikasi, memperhatikan, menjawab
2 Kemampuan untuk menanggapi Kemampuan peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan selalu termotivasi untuk segera beraksi dan mengambil tindakan atas suatu kejadian.

Contoh: berpartisipasi dalam diskusi kelas

 

Menjawab, membantu, mentaati, memenuhi, menyetujui, mendiskusikan, melakukan, memilih, menyajikan, mempresentasikan, melaporkan, menceritakan, menulis, menginterpretasikan, menyelesaikan, mempraktekkan
3 Kemampuan untuk menilai Kemampuan peserta didik menunjukkan nilai yang dianut untuk membedakan mana yang baik dan kurang baik dari sebuah fenomena/obyek, dan nilai tersebut diekspresikan dalam perilaku.

Contoh: tumbuhnya kemauan yang kuat pada peserta didik untuk berperilaku disiplin baik di sekolah, rumah, ataupun di tengah-tengah masyarakat

 

Menunjukkan, mendemonstrasikan, memilih, membedakan, mengikuti, meminta, memenuhi, menjelaskan, membentuk, berinisiatif, melaksanakan, memprakarsai, mengusulkan, melaporkan, menginterpretasikan, membenarkan, menolak, menyatakan/mempertahankan pendapat
4 Kemampuan untuk mengorganisasikan Peserta didik mampu membentuk sistem nilai dan budaya organisasi dengan mengharmonisasikan perbedaan nilai.

Contoh: mengakui perlunya keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab

Mentaati, mematuhi, merancang, mengatur, mengidentifikasi, mengkombinasikan, mengorganisisr, merumuskan, menyamakan, mempertahankan, menghubungkan, mengintegrasikan, menjelaskan, mengaitkan, menggabungkan, memperbaiki, menyepakati, menyusun, menyempurnakan, menyatukan pendapat, menyesuaikan, melengkapi, membandingkan, memodifikasi

 

5 Kemampuan untuk mengkarakterisasi berdasarkan sebuah nilai atau seperangkat nilai Kemampuan peserta didik untuk mengendalikan perilaku berdasarkan nilai yang dianut dan memperbaiki hubungan intrapersonal, interpersonal, dan sosial.

Contoh: menunjukkan rasa percaya diri ketika bekerja sendiri, kooperatif falam aktifitas kelompok

 

Melakukan, melaksanakan, memperlihatkan, membedakan, memisahkan, menunjukkan, mempengaruhi, mendengarkan, memodifikasi, mempraktekkan, mengusulkan, merevisi, memperbaiki, membatasi, mempertanyakan, mempersoalkan, menyatakan, bertindak, membuktikan, mempertimbangkan

Instrumen untuk Mengukur Kemampuan Afektif

Untuk penilaian kemampuan afektif, dapat digunakan perangkat pengukuran non-tes yang bisa dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:

  1. Observasi

Observasi adalah kegiatan mengamati yang dilakukan oleh guru baik langsung atau tidak langsung dengan mengacu pada pedoman observasi untuk menilai perilaku kelas baik dari segi guru maupun peserta didik sehingga akan didapatkan data atau informasi mengenai suatu fenomena atau sebuah kelas.

  1. Wawancara

Wawancara adalah kegiatan percakapan tanya jawab yang dilakukan oleh guru dengan peserta didik, yang dilakukan secara langsung (bertatap muka) atau tidak langsung (melalui perantara).

  1. Skala sikap

Skala sikap adalah teknik penilaian dengan memberikan pertanyaan-pertanyan positif dan negatif yang akan dipilih oleh peserta didik. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dibagi dalam lima skala, misalnya sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju, tidak tahu. Pertanyaan tersebut mengenai sikap peserta didik terhadap pembelajaran atau lingkungan sekolah

  1. Studi kasus

Studi kasus adalah kegiatan untuk memahami sebuah masalah yang dialami peserta didik dengan mencari informasi terkait dengan masalah tersebut yang nantinya akan diambil kesimpulan dan dicarikan penyelesaiannya. Misalnya kelambanan peserta didik dalam memahami materi.

  1. Catatan insidental

Catatan incidental adalah catatan yang berisi tentang kejadian singkat yang dialami atau yang telah dilakukan peserta didik dalam pembelajaran, kejadian tersebut biasanya terkait dengan tingkah laku peserta didik.

  • Sosiometri

Sosiometri adalah suatu prosedur yang digunakan untuk merangkum, menyusun, dan mengkualifikasikan pendapat-pendapat peserta didik dalam menanggapi teman sebaya mereka bagaimana hubungan mereka dengan para teman-temannya.

  • Inventori kepribadian

Inventori kepribadian merupakan tes kepribadian yang jawaban dari peserta didik tersebut benar semua, namun jawaban tersebut tetap akan dikualifikasikan sehingga dapat dibandingkan dengan kelompok lain.

  • Reward

Teknik pemberian penghargaan kepada peserta didik bertujuan untuk memberikan semangat, motivasi dan meningkatkan perhatian peserta didik dalam pembelajaran, serta memodifikasi tingkah laku peserta didik dari yang kurang positif menjadi lebih produktif lagi dengan adanya hadiah kepada peserta didik yang terbaik.

By Editor