Oleh: Agung Prasetyo
Urgensi dari pengotimalisasian sikap Moderasi beragama, sedari dulu telah digagas dan diperjuangkan oleh berbagai Lembaga, terkhusus Kementrian Agama. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, moderasi agama penting dikedepankan untuk sikapi keragaman. Moderasi agama adalah bagaimana agama disikapi, dipahami kepada esensi dan substansi agama itu sendiri.
Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Ditjen Pendidikan Islam Kemenag menggelar Rapat Koordinasi Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Kemahasiswaan. Rakor yang diikuti Wakil Rektor dan Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) ini membahas program dan kegiatan kemahasiswaan. Ke depan, program kemahasiswaan akan difokuskan pada penguatan moderasi beragama.
Ajakan itu disampaikan Menag menyusul temuan penelitian Badan Intelijen Negara (BIN), yang mengatakan bahwa 39% mahasiswa di Indonesia, telah terpapar paham radikal. Bahkan, ada tiga perguruan tinggi dinyatakan terindikasi menjadi basis penyebaran paham radikalisme.Data itu, lanjut Menag, sejalan dengan munculnya gerakan trans-nasional yang kerap mengusung idiologi khilafah Islamiyah dan menggunakan pendekatan radikalisme. “Gerakan trans nasional dengan idiologi radikal berkeinginan untuk mengganti dasar negara Pancasila dengan ideologi lain,” tegas Menag. Ekstremisme dan radikalisme niscaya akan merusak sendi-sendi keindonesiaan kita jika dibiarkan tumbuh berkembang. Karenanya, moderasi beragama amat penting dijadikan cara pandang.
Di hadapan 5.000 peserta Pembukaan PW PTK XIV Tahun 2018, Menag menegaskan bahwa kehadiran mahasiswa dalam perkemahan wirakarya, adalah bukti bahwa mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan bukan kelompok radikal. “PTK di bawah Kementerian Agama bukan kelompok radikal dan bukan basis penyebaran paham radikal,” katanya. “Saya yakin dan percaya keluarga besar sivitas akademika PTKI Kementerian Agama tidak ada satupun yang terlibat dalam kelompok radikal yang cenderung anti Pancasila dan NKRI,” lanjutnya.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Muhammad Ali Ramdhani mengatakan seluruh even kemahasiswaan dilaksanakan agar segenap potensi, bakat, dan minat mahasiswa berkembang. Tidak kalah penting, even tersebut harus dapat memperkuat moderasi beragama dan nasionalisme mahasiswa.“Kita harus melahirkan profil mahasiswa yang mampu bekerjasama (to be learning together) sebagaimana amanah UNESCO”, pesan Dhani di Serpong, Senin (26/4/2021).
“Kendatipun generasi millennial adalah penguasa dunia maya, namun tetap jangan sampai melupakan dunia nyata. Karena mereka bukan manusia yang hidup di menara gading,” tambah Menag.PW PTK akan berlangsung tanggal 3 – 10 Mei 2018. Kali ini, PW PTK bertempat di Bumi Perkemahan Sultan Syarif Kasim Riau dan 4 Desa sebagai tempat bhakti karya di Kabupaten Kampar dan Kota Pekanbaru.
Direktur Diktis Ditjen Pendidikan Islam mengatakan kegiatan kemahasiswaan menjadi tempat terbaik untuk mendesiminasikan gagasan moderasi beragama kepada generasi millennial.Suyitno berharap agar kegiatan kemahasiswaan semacam PWN PTK dan juga Olimpiade Sains dan Riset (OASE) harus memberikan nilai tambah kepada PTKI sendiri dan juga masyarakat. “Jangan sampai kegiatan itu dibuat sendiri, diikuti sendiri, dan dinikmati sendiri,” kata Guru Besar UIN Raden Fatah Palembang ini. Kasubdit Sarpras dan Kemahasiswaan Ruchman Basori mengatakan pada tahun 2021 Diktis akan merealisasikan berbagai program, di antaranya KIP Kuliah, PWN PTK XV, OASE, dan kegiatan zona kemahasiswaan.
Kemenag juga akan menggelar Pelatihan Instruktur Nasional Moderasi Beragama bagi Mahasiswa. Selain itu, akan digelar juga Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa Tingkat Nasional.Kegiatan Rapat Koordinasi Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Kemahasiswaan digelar pada 26-27 April 2021. Selain WR/WK III PTKIN se-Indonesia, hadir juga Tim Pengawasan Penelitian dan Evaluasi PWN PTK, Kasi Kemahasiswaan Amirudin Kuba, Kasi Sarpras PTKIN Nuryasin, dan Kasi Sarpras PTKIS Otisia Arinindiyah.